Mengajak anak yang tidak menyukai keramaian ke tempat yang
kurang disukainya itu tentu membutuhkan kesabaran yang luar biasa sehingga
banyak diantara kita (ibu) yang memilih untuk menghindari keramaian demi
kenyamanan anak, atau tidak mengajak anak ikut serta dalam suatu kegiatan, atau
hal-hal lain yang berpotensi membuat anak rewel. Tapi ada saat dimana tempat
yang kurang disukai anak-anak itu harus tetap dikunjungi, tentu saja dengan
mengikut sertakan mereka (anak-anak) didalamnya. Selain untuk mengajarkan anak
tentang cara menghadapi dan mengelola perasaannya, mengajak anak pada keramaian
atau tempat ramai terutama acara-acara yang bersifat tholabul ilmu dan
silaturahim, tentu akan sangat berfaedah untuk mereka dikemudian hari.
Sahabat yang di muliakan Allah..
Disini saya hendak berbagi pengalaman saat menghadapi Putri
bungsu kami yang kurang suka keramaian.
Olin kecil kami yang kurang suka keramaian (same with me :D
) mulai memperlihatkan kekurang nyamanan sejak kami sampai di acara tabligh
Akbar yang di adakan salah satu pondok pesantren yang berada di tempat tinggal
kami. Di mulai dari berlinang air mata sambil bersembunyi di balik kerudung ku,
merajuk minta bertemu kakak-kakaknya, hingga akhirnya menangis keras meski
tidak kalah keras dari suara yang keluar dari sound system (sound system nya
bagus.. ).
"Neng, murangkalihna kunaon (Neng, anaknya kenapa)
?" Seorang ibu berkerudung hitam dengan bross bergambar palestina yang
duduk di depan kami terlihat sangat berempati ketika bertanya.
Olin (putri kecil kami) menutup mulutku dengan kedua tangan
mungilnya, memintaku untuk tidak bicara.
Ibu berkerudung hitam yang usianya saya perkirakan seusia
teteh sulung saya sepertinya memahami hal itu...
"Murangkalih nyandak ujianna nyalira-nyalira. Sing
sabar wae neng (anak-anak membawa ujiannya masing-masing. Sabar ya Neng)
!" ucapnya. Saya tersenyum dan mengangguk mengiyakan sambil mengucapkan
'insyaAllah' di hati, tanpa suara karena Olin sedang ingin umminya tidak
membicarakannya.
Mengalah pada anak? Ada saatnya kita mengalah, ada saatnya
tegas... Ada saatnya lembut, ada saatnya no kompromi. Semua ada saatnya.
Mengenali alasan anak menangis kemudian berempati padanya
memungkinkan hati, lisan dan tangan kita terkondisi untuk tetap tenang tak
terpengaruh untuk melakukan sesuatu 'di luar kontrol'.
Ada saat dimana anak membutuhkan tangis untuk 'keluar' dari
'masalahnya' dan membuat hatinya kembali kondusif. Dan saat itu, pengertian dan
penerimaan kita sebagai ibunya sangat penting artinya bagi mereka.
Terima mereka, fahami perasaan mereka, dan bersabarlah atas
mereka ... !!
Sekitar 1,5 jam kemudian, Olin mulai balik memeluk saya
dengan sangat erat.
"Kepalaku serasa mau pecah. Disini rame." dan dia
mulai menjelaskan alasannya menangis selama sekian waktu sebelumnya. Tentu saja
anak-anak belum bisa memahami 'bising' yang berkecamuk dihati kita yang
menunggunya menyelesaikan tangisnya di antara suara riuh orang-orang dan suara
dari sound system :D
"De Olin ingin menggambar, menulis dan mewarnai di buku
ummi."
Sebelum berangkat, saya menyiapkan buku tulis, buku
mewarnai, buku gambar, potlot, pensil warna, penghapus, lem dan gunting yang di
persiapkan untuk mengantisipasi kemungkinan dia jenuh. Dan dia memilih buku
tulis saya dan pulpen untuk menggambar.
Finally, Alhamdulillah... Menjelang akhir-akhir acara, dia
mulai bisa menikmati tabligh Akbar itu dengan caranya sendiri, dengan buku
tulis, pulpen, imajinasinya serta pandangan mataku yang harus tertuju padanya.
Sahabat ummahat yang di muliakan Allah,
Bersabarlah ya Bu! Bersabarlah dalam menghadapi buah hati
amanah Allah ini. Semua ada saatnya, semua kerewelan yang ada tidak akan lama.
Semua itu, Bu... Semua itu akan menjadi jejak yang
mempengaruhi perkembangan buah hati kita serta menjadi saat-saat yang kan di
rindukan.
Allohu a'lam bishshowab
No comments on Tips Mengatasi Anak Yang Takut Keramaian
Post a Comment