Masa Kecil Anak
| Masa Kecil Anak dalam Pandangan Orang Tua| "Repot itu kalau anak-anak
masih kecil, kalau sudah besarmah nggak kerasa lagi repotnya." Pernahkah
anda mendengar kalimat seperti itu? Beberapa kali saya mendengar kalimat yang
sama dari sekian orang yang berbeda, sekian kali pula saya katakan, "masa
kanak-kanak putra-putri kita tidaklah merepotkan, tidak pernah merepotkan
sama sekali. Tapi justru sebaliknya, semua itu anugerah yang sangat
menyenangkan.
Dimana
setiap letih yang sering tiba-tiba melanda bisa tiba-tiba menguap hanya dalam
hitungan detik atau menit. Di mana sedih atau gundah tak sanggup berlama-lama
hadir karena kesibukan mengurus anak yang membuat rasa itu mudah hilang
tergantikan bahagia.
Di mana setiap waktu yang dilalui terasa sangat berarti, rutinitas yang pasti setiap hari membuat warna hidup terasa istimewa.
Bersama
anak-anak kecil, hidup orang tua seolah hanya dipenuhi aneka bunga.
Jadi
di mana letak repotnya? Tidak ada, semua itu menyenangkan. Sangat
menyenangkan."
Ini
memang hanya soal cara pandang dan rasa. Saya tak pernah setuju ketika ada anak
yang dianggap merepotkan oleh orang tuanya. Seperti apapun kondisi anak itu,
seperti apapun situasi orangtuanya, tak selayaknya memandang anak-anak mereka
dengan pandangan seolah mereka adalah beban berat yang sangat merepotkan.
Lalu
dari mana sampai kata 'merepotkan' itu ada? Yang membuat repot itu bukan
anak-anak, tapi kita, ya kita sendiri sebagai orang tua yang lebih 'merepotkan'
karena pikiran, konsep ideal, rasa dan mindset kita sendiri.
Saat
anak-anak berjalan dan bersikap sebagaimana fithrah mereka yang tak bisa diam,
kita membuat tuntutan agar si kecil bersikap sebagaimana keinginan kita.
Kita
menuntut mereka untuk hanya menyimpan mainan mereka di tempatnya, kita menuntut
mereka untuk makan dengan tertib dan teratur, kita menuntut mereka untuk tidak
memberantakkan rumah, kita menuntut mereka untuk mengerti kesibukan kita, dan
sekian banyak tuntutan lain yang membuat kita akhirnya mengatakan, "punya
anak kecil di rumah itu 'repot'." setiap kali kita bertemu kenyataan yang
tak sesuai harapan.
Jika
saja..
Jika
saja semua tuntutan itu disimpan untuk diri kita sendiri tanpa harus dibebankan
kepada anak-anak, amanah Allah yang harus kita syukuri ini, tak kan perlu kata
'merepotkan' itu tersematkan pada anak-anak, apalagi di usia keemasan mereka.
"Dede
oge pasti pernah merasa kerepotan !"
Ya,
tentu saja saya sering merasa 'kerepotan' , apalagi di awal-awal menjadi ibu
beberapa balita. Subhanalloh, itu saat-saat yang sangat amazing dimana banyak
ritme yang berbeda dari saat sebelum jadi ibu. Repot iya, tapi anak-anak tetap
tidak 'merepotkan'.
Saya
merasa 'kerepotan' terutama dengan manajemen hati dan pikiran saya sendiri di
awalnya, lalu kemudian saya temukan sebuah hari dimana saya merasa kehilangan
moment berarti bersama balita saya karena kondisi kesehatan saya yang menurun.
Saat
itulah, saya mulai menemukan kebahagiaan yang amat sangat saat mendengar gelak
tawa anak-anak.
Saat
itu juga, teriak dan tangis anak-anak terdengar istimewa.
Saat
itu juga, saya mulai menemukan kebahagiaan saat melihat rumah berantakan karena
aktivitas dan kreatifitas anak yang tiada habisnya.
Ya,
saat fisik saya mulai drop ... Saat itulah saya mulai menyadari, tiada yang
lebih berarti bagi anak-anak selain saat kita bisa memahami dan menerima
kehadiran mereka tanpa tuntutan ego kita sebagai orang tua yang seringkali di
luar batas kesanggupan anak-anak di usianya.
Melihat
anugerah sekaligus amanah besar yang Allah titipkan melalui rahim kita ini,
pantaskah kita menganggap mereka sebagai makhluk kecil yang 'merepotkan'?
Apa
masa kecil anak-anak kita 'merepotkan'? Tidak, mereka tidak 'merepotkan'
kecuali kita yang mengeluhkannya seolah mereka penghalang aktivitas kita.
Mari
syukuri kehadiran putra putri kita ! :)
No comments on Masa Kecil Anak-anak adalah Anugerah Terindah Bagi Orang Tua
Post a Comment