Blog Kajian Tentang Muslimah | Inspirasi | Motivasi |Parenting | Tips | Hukum yang Berkaitan dengan Kewanitaan |

Followers

Total Pageviews

Toko Pakaian Zaman Now

Bisnis On Line

Toko Buku Terlengkap

Toko Buku Online Belbuk.com

Wednesday, March 21, 2018

Tips Memahami Emosional Anak dan Cara Mengatasinya

Memahami Emosional Anak | Cara Memahami Emosional Anak | Pentingnya Memahami Kebutuhan Emosi Anak | :: Membantu Anak Menghadapi Perasaannya : Suatu hari, putra pertama kami yang saat itu masih berusia 10 tahun pulang dengan muka merah padam menahan marah. Saya langsung peluk dia tanpa menanyakan perasaannya, saya ingin menenangkannya terlebih dahulu dengan cara memeluknya. Saya pegang tangannya dan bimbing dia untuk duduk.

 
Segelas air madu dingin dia habiskan sesaat setelah dia duduk di samping saya. Saya tanyakan apakah dia merasa lapar atau menginginkan sesuatu, dia menggeleng lemah, dia hanya meminta saya duduk di samping dia dan memeluk dia.

Nafasnya memburu, jantungnya berdetak cepat, wajahnya agak pucat. Ia pasti sangat marah. Sungguh, saya ingin sesegera mungkin bertanya apa yang terjadi padanya tapi sekuat mungkin saya tahan.

"Kami menyayangi Aa, kami sangat bersyukur pada Allah karena telah menghadirkan Aa sebagai penyejuk mata kami. Aa tahu itu kan a!?! " saya bisikkan kalimat-kalimat cinta untuknya sambil tetap duduk di sampingnya dan membelai lembut kepalanya.

Perlahan, detak jantungnya saya rasakan mulai normal kembali, deru nafasnya mulai tenang. Saya usap wajahnya yang mulai terlihat tenang kembali. Sungguh, saya penasaran apa yang dia alami hingga membuatnya terlihat marah, sekali lagi saya ingin sesegera mungkin bertanya padanya, tapi saya berusaha menahannya sampai dia sendiri yang siap menceritakan masalahnya.

"Apa yang sedang Aa rasakan?" kalimat tanya ini tak pernah benar-benar terucap, hanya berhenti di hati tanpa pernah diucapkan.

Setelah agak lama tanpa suara, akhirnya dia mulai melepaskan pelukan saya lalu mengambil posisi berhadapan. Dia menarik nafasnya pelan, keningnya agak berkerut tapi dia sudah terlihat jauh lebih tenang dibanding sebelumnya. Biasanya saat itu dia sedang bersiap untuk bercerita...

"Ummi, teman-teman aa saling memanggil dengan sebutan binatang (baca: anjing/monyet), tadinya aa diam saja." Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya, nafasnya kembali memburu seolah sedang berpacu dengan kata yang belum sepenuhnya dia sampaikan, dia terluka dan dia sedang berusaha menceritakan lukanya. Bukan hal mudah berkisah tentang luka tanpa airmata dan sorot pilu serta dada sempit menahan sesak.

"Tapi waktu panggilan itu diberikan pada Aa, Aa nggak nyahut lalu mereka marah. Aa nggak suka dipanggil dengan nama binatang, lalu aa bilang kalau aa itu bukan binatang, ummi abi juga bukan binatang dan aa tidak suka dipanggil dengan memakai nama binatang. Aa punya nama dan nama aa bukan nama binatang.. Aa juga bilang supaya mereka jangan saling memanggil dengan nama binatang karena Allah tidak suka, ayah dan ibu mereka juga pasti tidak suka anak-anaknya dipanggil dengan nama binatang." air mata yang tadinya menggenang mulai jatuh perlahan membasahi pipinya. Saya biarkan dia terus bercerita menumpahkan sesak di hatinya, menumpahkan semua perasaannya serta menunjukkan amarah dan luka yang dia rasakan. Saya biarkan dia terus bercerita hingga letih hatinya perlahan sirna.

"Subhanalloh... MasyaAllah, Barokalloh Sholeh, putra ummi, semoga Allah memberkahimu dengan lisan yang santun dalam berucap, Nak. Semoga Allah memberkahi usiamu dan Ridho padamu. Ummi bangga padamu, Nak.. Engkau telah melakukan hal yang benar, insyaAllah."

Dia mulai tersenyum ...  Nafasnya kembali terlihat tenang, air mukanya tak lagi sepucat sebelumnya.

Saya kembali memeluk dia dan membiarkan dia menata perasaannya kembali. Mengajak dia untuk mengingat semua nikmat yang Allah anugerahkan untuk kami, untuk dia. Mengaku dia untuk mengingat semua yang baik-baik dari dirinya dan orang-orang disekitarnya yang semua itu adalah anugerah Allah yang luar biasa.
Serta mengajak dia memaafkan setiap luka yang datang karena kesengajaan ataupun ketaksengajaan dari mereka yang menghadirkan luka.

Bahwa memaafkan itu tidaklah mudah, tapi juga  bukan hal yang sulit untuk dilakukan. Allah menyukai hamba-Nya yang memaafkan.
Memaafkan adalah kata kerja yang bisa dilakukan tanpa mengenal kata tapi, tidak mudah artinya bisa dilakukan dengan usaha lebih. Tapi untuk anak-anak seusianya, hal itu menjadi jauh lebih mudah Insya Allah.

Ya, bahkan anak seusia itu bisa memahami arti luka, dia bisa merasakan arti tersinggung dan letih di hati. Dan belajar memaafkan haruslah terus ditanamkan agar tak menjadi titik duka yang semakin hari semakin membesar dihatinya, sedang dia tidak memahami arti dukanya.

Membimbing dia untuk mengenali perasaannya, bercerita tentang perasaannya dan berdamai dengan perasaannya sebagai salah satu bentuk nikmat berupa tarbiyah dari Allah lebih baik daripada memintanya untuk sekedar melupakan tanpa pernah berusaha memahami dirinya sendiri. Dan di sinilah peran kita sebagai ibu untuk menjadi madrasahnya; mengajak dia memahami dirinya sendiri sebagai bekal untuk dia di kemudian hari.

Allohu a'lam bishshowab.

Related Posts

No comments on Tips Memahami Emosional Anak dan Cara Mengatasinya

Post a Comment