Mencintai Al-Qur'an | Ayat 57 sampai 61 yang sedang dibaca berulang kali berikut
terjemahannya selama beberapa malam setiap ba'da Maghrib ini masih berada di
surat yang sama, yakni surat Al Mukminun, surat ke 23 dalam Al Qur'an. Surat
dengan jumlah 118 ayat dan diturunkan di Makkah serta masuk kedalam juz 18.
(Ni 'anteng' di surat Almukminuun nya???!!! Hee...)
Lumayan lama bertahan di surat Almukminun membuat kami jatuh
cinta dengan surat ini. Seperti Quthb yang menyukai surat Maryam, Umar yang
menjadikan surat Al Baqarah sebagai favoritnya, seperti Aufa yang menjadikan
surat Arrahman sebagai surat favoritnya, seperti Olin yang menjadikan surat Ali
Imran sebagai surat favoritnya, dan saya yang menjadikan surat at-taubah
sebagai surat favorit saya...seperti itu juga kami menyukai surat Almukminun.
Seperti itu jugalah yang kami rasakan pada surat-surat yang
lainnya...
Hmmm... Akhirnya, semua surat sepertinya akan menjadi
favorit...
Sahabat,
Membaca Al Qur'an jauh berbeda dengan membaca buku pada
umumnya. Semakin sering kita membacanya, semakin besar pula rasa cinta kita
padanya. Rindu, ingin dan ingin terus membacanya...sehingga tahmid dan
sholawatpun kembali dan terus terlantun karena cinta yang hadir.
Jauh berbeda dengan membaca buku pada umumnya. Satu, dua,
atau mungkin hanya beberapa kali waktu yang dipakai untuk membaca jika kita
menginginkannya membaca berulang. Setelah itu, bukupun terdiam di sudut
rak...menanti pembaca yang lain, atau saat-saat kita tetiba ingin membacanya
lagi.
Bosan?
Kita tidak akan bertemu kata bosan dalam membaca dan
mentadabburi Al Qur'an.
Jenuh?
Untuk sesuatu yang dicintai, kata jenuh tak kan berhasil
menghampiri terlalu lama kecuali ia akan segera terlempar jauh sesaat setelah
ia datang..
Pendapat pribadi? InsyaAllah bukan... Anda pasti jauh lebih
memahami ini <3
Sahabat,
Kembali pada 5 ayat tadi. 5 ayat dari surat Al Mukminun ini
berisi tentang karakteristik muslim yang ikhlas.
"A Umar putra ummi yang sholih, teteh Aufa Putri ummi
sholihah... " seperti biasa setelah selesai dengan tilawahnya masing-masing,
saya pegang tangan mereka.
Apakah ini cara yang benar? Allohu a'lam... Hanya saja, saya
sering membaca dalam hadits bagaimana Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam
yang senantiasa memegang tangan seorang anak (misal pada Anas bin Malik) ketika
hendak menyampaikan suatu ilmu.
Aufa dan Umar ataupun Olin dan sulung biasanya bisa
memberikan fokusnya setelah saya menyebut nama mereka seperti itu dan memegang
tangannya...
"Apa yang kalian pelajari hari ini, nak? "
pertanyaan yang saya ajukan kali ini sebenarnya tentang hari mereka. Seperti
apa mereka memaknai harinya, saya tidak tahu akan seperti apa respon mereka
mendapati pertanyaan itu meski pertanyaan seperti itu sangat sering saya
sampaikan.
"Allah berfirman dalam surat Al Mukminun ayat 57. 'Auudzubillahi
minasysyaithoonirrojiim, bismillahirrahmanirrahim... Innalladziina hum min
khosyati robbihim musyfiquun. Sungguh, orang-orang yang karena takut azab Robb
mereka, mereka sangat berhati-hati. " Umar mulai mengalah membiarkan
adiknya menjawab lebih dulu.
"Teteh sangat takut azab Allah, mi. Teteh sering
membayangkan pasti itu sangat mengerikan. Teteh tidak tahu semengerikan apa,
tapi teteh baca dalam Al Qur'an bahwa azab Allah itu sangat pedih dan dahsyat.
Membaca itu membuat teteh yakin, bahwa azab Allah itu tidak terbayangkan, dan
teteh semakin takut."
"MasyaAllah... Tabaarokalloh, sholihah. Lalu, apa yang
teteh lakukan agar teteh terhindar dari azab Allah yang sangat pedih?"
"Teteh berusaha menutup aurat dengan baik, teteh
berusaha agar tidak mengatakan atau melakukan sesuatu yang sia-sia seperti yang
ada di ayat 3, walladziina hum 'anillaghwi mu'ridhuun. Dan orang-orang yang
menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tidak berguna." dia diam
dan mengambil nafas pelan. Kami, saya dan Umar menunggunya melanjutkan
perkataannya..
"Teteh tidak tahu, apa semua yang teteh lakukan sudah
benar seperti yang di perintahkan Allah. Teteh juga tidak tahu apakah Allah
Ridho dengan ini. Tapi seperti kata ummi, Abi, A Quthb dan A Umar, bahwa kita
hanya harus terus berusaha dengan ikhlas karena Allah semata, sesuai yang telah
di contohkan RosulNya.
Ummi, teteh tidak tahu ikhlas itu seperti apa? Semoga teteh
ikhlas ya mi, semoga Allah Ridho..."
Beberapa saat, kami terdiam mendengar penuturan gadis yang
cenderung pendiam tapi ceria ini.
Sampai Umar membacakan 4 ayat selanjutnya setelah terlebih
dulu mengaminkan harapan Aufa yang mengharapkan ridho Allah atas usaha dan niat
kami.
"InsyaAllah Ufa, aamiin... A Umar bacakan ayat
selanjutnya tentang karakteristik muslim yang ikhlas ya Mi!
Walladziina hum biaayaati robbihim yu'minuun, dan mereka
yang beriman dengan tanda-tanda kekuasaan Allah.
Walladziina hum birobbihim laa yusyrikuun, dan tidak
mempersekutukan Rabb-nya.
Walladziina yu'tuuna maa~ aatawwaquluubuhum wajilatun
annahum ilaa robbihim rooji'uun, dan mereka yang memberikan apa yang mereka
berikan (sedekah) dengan hati penuh rasa takut (karena mereka tahu) bahwa
sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb-nya.
Ulaa~ika yusaari'uuna filkhoirooti wahum lahaa saabiquun,
mereka itu bersegera dalam kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang
lebih dahulu memperolehnya." dia lalu bercerita tentang banyak hal, dan di
akhiri dengan kisah Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam dengan pengemis
Yahudi yang matanya buta yang membuat dia semakin mencintai sosok yang mulia
itu.
No comments on Bersama Kalian Mencintai Al-Qur'an
Post a Comment