Tahun ajaran baru yang bertepatan dengan hari raya beberapa
tahun terakhir ini lumayan membuat para orang tua yang memiliki anak sekolah
lebih dari satu lumayan 'repot'.
Saya teringat tulisan Ayah saya (Allohu yarham) di majalah
bina dakwah yang beliau tulis di awal tahun 90 An. Beliau menulis dalam rubrik
khusus 'Gerentes Hate' tentang kondisi seperti yang sedang terjadi sekarang
ini.
Kondisi 'repot' di tahun ajaran baru ini sangat terasa oleh
orang tua dengan banyak anak (Apa sendiri tiap tahun menyekolahkan 5 orang anak
dan 1 sepupu kami. Jumlah yang lumayan..hee).
Dan itu terjadi pada kami sekarang, saat semua anak kembali
ke bangku sekolah sedangkan baju-baju seragam mereka harus mulai diganti karena
ukurannya yang semakin kekecilan.
Kebutuhan seragam (baju, kerudung, sepatu, celana, dsb),
buku-buku tulis, tas, dan semua yang berhubungan dengan itu.. Semua itu bukan
hal yang bisa tiba-tiba ada setelah kita mengatakan, "ok, i'll buy
it."
"Saya bingung. Anak-anak butuh ini itu, sedangkan
sepeser rupiahpun kami tak punya." jika sebagian orang tua mengatakan hal
seperti ini, bukan karena mereka ingin mengeluhkan keadaannya, mereka hanya
butuh bicara dan ada baiknya kita mendengarnya tanpa berkomentar apapun
padanya.
Hatinya sedang gundah, tapi dia tidak akan mengalah.
Percayalah!
Hari-hari seperti ini, keberadaan para aghniya yang dermawan
untuk meringankan beban para orang tua, saudaranya seaqidah, sangat di
butuhkan. Untuk meringankan meski hanya sedikit dari banyak beban yang mereka
pikul di pundak mereka..
Dengan cara apa? Mari kita lihat kiri kanan tetangga kita,
adakah yang membutuhkan uluran tangan kita?
Kita? Memangnya saya juga aghniya? Kekayaan itu semuanya
milik Allah.
Jadi?
Mencari pinjaman atau menjual barang yang bisa di jual
menjadi pemandangan biasa ketika tahun ajaran baru.
Ada yang bahkan menggadaikan maharnya untuk membeli buku
tulis anak-anaknya. Ada? Ada, dan saya menyaksikannya.
Subhanalloh, begitulah orang tua... Kalimat, "yang
penting mah kebutuhan anak-anak tercukupi" bukan hanya slogan semata,
karena ia nyata, nyata ada dan berlaku di sekitar kita..
Di sini saya ingin berbagi pengalaman agar tahun ajaran baru
tidak membuat kelimpungan karena besarnya kebutuhan sedangkan anggarannya tak
tersedia.
1. Sejak jauh-jauh hari, buatlah list kebutuhan untuk tahun
ajaran baru sekaligus lebaran (jika itu bertepatan dengan lebaran). Tentukan
anggaran maksimal untuk semua list yang di buat.
2. Buat pos tabungan khusus untuk berusaha memenuhi anggaran
yang sudah di buat. Usahakan jangan mengusik pos ini untuk keperluan apapun.
3. Hindari hutang. Berhutang membuat kita kesulitan mengatur
pos tabungan.
Menghindari bukan berarti tidak boleh sama sekali, untuk
sebagian orang seringkali berhutang justru menjadi semacam pecut untuk berusaha
bekerja lebih giat agar bisa memenuhi semua pos anggaran termasuk usaha
melunasi hutang. Allohu a'lam.
4. Membuat pos khusus dan tidak mengusiknya bukan berarti
mengajak kita untuk pelit bin kikir. Membuat list anggaran lalu menabung untuk
kebutuhan itu justru seharusnya membuat kita jadi semakin semangat dan
bergairah untuk bersedekah lebih banyak dari sebelum-sebelumnya. Jika untuk
urusan hari esok di dunia saja kita rela menabung, apalagi untuk urusan akhirat
yang kekal.
5. pepatah 'berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke
tepian. Bersakit-sakit dahulu lalu bersenang-senang kemudian' sepertinya
kalimat yang tepat untuk menggambarkan proses ini. Lupakan hal-hal konsumtif,
tahan dulu untuk membeli sesuatu yang tidak terlalu di butuhkan.
6. Gajinya tidak cukup untuk ditabung? Jangan dulu
beranggapan gajinya terlalu kecil dan sedikit untuk disisihkan, pikiran kita
mempengaruhi rasa lapang dan syukur di hati kita
Jika kita berpikir kalau rizki kita sedikit dan membuat kita
sulit apalagi untuk menabung, maka hati kita akan sempit dan akan begitu juga
dengan kehidupan kita. Sebesar apapun rizki yang Allah beri, tak kan membuat
kita merasa cukup apalagi sampai merasa berlebih jika rasa syukur tak ada
didalam hati.
Namun sebaliknya, jika kita berpikir akan cukup dan
banyaknya rizki yang Allah berikan insyaAllah Allah akan lipatkan rizki kita
dengan hati yang lapang, materi yang selalu berlebih meski nominal yang ada
seolah tak masuk akal untuk menjadikannya berkecukupan bahkan berlebih.
Rizki Allah memang tidak pernah akan bisa di matematika kan
oleh otak terbatas manusia.
Bersyukurlah dan berusahalah, insyaAllah Allah yang akan
memudahkan jalannya.
No comments on 6 Tips Mengelola Keuangan Bagi Orang Tua dalam Menghadapi Tahun Ajaran Baru Putra-Putrinya
Post a Comment